BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat
penting untuk kehidupan manusia. Seorang guru dituntut agar bisa memiliki kompetensi
yang tinggi dan dia pun juga harus bisa mendidik dengan baik. Maka agar tujuan
pendidikan bisa tercapai, perlulah diperhatikan segala sesuatu yang mendukung
keberhasilan program pendidikan itu, maka dalam hal ini salah satunya ialah alat atau media pendidikan.
Alat/ media merupakan sarana yang
membantu proses
pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indra pendengaran dan pengelihatan. Adanya alat/media bahkan dapat mempercepat proses pembelajaran murid karena dapat membuat
murid lebih cepat
menanggapi
pelajaran. Dengan
adanya alat/media maka tradisi lisan
dan tulisan
dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai alat/media pengajaran. Dengan tersedianya alat /media
pembelajaran, guru dapat menciptakan berbagai situasi yang berlainan dan
menciptakan iklim yang emosional yang sehat diantara murid-muridnya. Bahkan alat/media pengajaran ini selanjutnya membantu
guru-guru membawa dunia kedalam kelas.
Dengan demikian, alat/media pendidikan
mempunyai peranan
yang sangat penting. Oleh karena
itu, kami akan membahas tentang alat pendidikan dengan menafsirkan ayat-ayat
yang berkaitan dengan hal tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud alat pendidikan?
2.
Apa saja
macam-macam alat pendidikan menurut islam?
3.
Bagaimana
tafsir QS. Al-Ahzab ayat 21 dan QS. Al-Alaq ayat 4-5 terkait dengan alat
pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alat Pendidikan
Secara
etimologi alat diartikan sesuatu barang yang dipakai untuk mencapai suatu
maksud. Sedangkan definisi pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[1] Istilah
mengarahkan, mengasuh, mengajarkan atau melatih mengandung pengertian usaha
mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju
tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan
kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur
sesuai ajaran Islam.
Jadi alat dalam pendidikan Islam adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mempengaruhi jiwa anak didik
agar menjadi insan yang bertakwa, berakhlak dan menegakkan kebenaran sesuai
dengan ajaran Islam dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai hamba
Allah dan juga khalifah di muka bumi.[2]
B.
Macam-macam
Alat Pendidikan
Dalam perspektif Ilmu Pendidikan Islam, para ahli telah
mengklasifikasikan alat atau media pendidikan menjadi dua bagian yaitu: alat
pendidikan yang bersifat benda (materil) dan alat pendidikan yang bukan
benda (non materil).
1.
Alat Pendidikan yang Bersifat Benda (Materil)
Menurut Zakiah Darajat, alat pendidikan yang berupa
benda yaitu:
a)
Media tulis, seperti al-Qur’an, hadits, Tauhid,
Fiqh, sejarah.
b)
Benda-benda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan
dsb.
c)
Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.
d)
Gambar yang diproyeksikan, seperti
video.
2.
Alat Pendidikan yang Bukan Benda (Non materil)
Berikut
akan diuraikan secara ringkas beberapa alat pendidikan dalam bentuk bukan benda
(bisa berupa tindakan atau software) berdasarkan perspektif pendidikan Islam itu sendiri, yaitu:
a.
Keteladanan
Tingkah laku, cara berbuat, dan
berbicara akan ditiru oleh anak. Dengan teladan ini, lahirlah gejala
identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang-orang yang ditiru.
Identifikasi positif itu penting sekali dalam pembentukan kepribadian. Karena
itulah teladan merupakan alat pendidikan yang utama, sebab terikat erat dalam
pergaulan dan berlangsung secara wajar. Teladan dimaksudkan untuk membiasakan anak didik dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
b.
Anjuran, Perintah dan Larangan
Di dalam alat pendidikan berupa anjuran, perintah dan larangan anak
mendengar apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Perintah adalah
tindakan pendidik menyuruh anak didik melakukan sesuatu.
Sedangkan larangan merupakan tindakan pendidik menyuruh anak didik tidak
melakukan atau menghindari tingkah laku tertentu. Alat ini adalah sebagai pembentuk
disiplin secara positif.
Khusus berkenaan dengan alat
pendidikan berupa perintah dan larangan, hal ini sesungguhnya merupakan
implementasi dari konsep amar ma'ruf nahi munkar.
c.
Pujian dan Hadiah
Merupakan tindakan pendidik yang
fungsinya memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai
anak didik. Hadiah dalam hal ini tidak mesti selalu berwujud barang. Doa yang baik dari pendidik untuk
peserta didik sudah merupakan satu hadiah, yang
pengaruhnya besar sekali, seperti memotivasi, menggembirakan, dan menambah
kepercayaan dirinya. Pujian dan hadiah harus diberikan pada saat yang tepat,
yaitu segera sesudah anak didik berhasil.[4]
d.
Teguran
Perlu
diperhatikan bahwa anak-anak bersifat pelupa, cepat melupakan
larangan-larangan, atau perintah yang baru saja diberikan kepadanya. Karenanya
sebelum kesalahan itu berlangsung lebih jauh, perlu adanya koreksi dan teguran.
Teguran dapat berupa kata-kata, tetapi dapat juga berupa isyarat-isyaratnya. Teguran
ini juga merupakan tindakan pendidik untuk mengoreksi pencapaian tujuan
pendidikan oleh anak didik.
e.
Peringatan dan Ancaman
Peringatan diberikan kepada anak
yang telah beberapa kali
melakukan pelanggaran, dan telah diberikan teguran pula atas pelanggarnya.
Dalam memberikan peringatan ini, bisanya disertai dengan ancaman akan
sanksinya. Karena itulah, ancaman merupakan tindakan pendidik mengoreksi secara
keras tingkah laku anak didik yang tidak diharapkan, dan disertai perjanjian
jika terulang lagi akan dikenakan hukuman atau sanksi.
Alat berupa ancaman ini dianjurkan
jangan dibiasakan dan digunakan kecuali hanya pada saat yang tepat saja.
f.
Hukuman
Menghukum adalah memberikan atau
mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik dengan
maksud agar penderitaan tersebut betul-betul dirasakannya, untuk menuju ke arah
perbaikan. Dengan demikian hukuman merupakan alat pendidikan istimewa, sebab
membuat anak didik menderita.[5]
C.
Tafsir
Ayat-ayat Tentang Alat Pendidikan
1.
QS. Al-Ahzab
Ayat 21
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya
“ Sesugguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
a.
Tafsir Mufrodat
أسوة حسنة
: Suri tauladan
يرج
: Mengharap
ذكر
: Menyebut
كثيرا : Banyak
b.
Penjelasan
Ayat yang mulia ini merupakan prinsip utama dalam meneladani Rasulullah
SAW baik dalam ucapan, perbuatan,
maupun perilakunya. Ayat ini merupakan perintah Allah kepada manusia agar meneladani Nabi SAW dalam peristiwa
Al-Ahzab yaitu meneladani kesabaran, upaya, dan penantiannya atas jalan keluar yang diberikan oleh Allah Azzawa Jalla. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa dilimpahkan kepadanya hingga
hari kiamat. Karena itu,
Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang yang hatinya kalut dan guncang dalam
peristiwa Al-Ahzab, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan
yang baik bagimu”. Maksudnya, mengapa kamu tidak mengikuti dan meneladani perilaku
Rasulullah saw? Karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Yaitu bagi orang-orang
yang mengharap rahmat Allah dan hari kiamat. Dan dia banyak mengingat Allah”.[6]
Ayat di atas mengarah kepada orang-orang beriman, memuji sikap mereka
yang meneladani Nabi
saw. Ayat di atas menyatakan: Sesungguhnya
telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah yakni Nabi Muhammad saw. suri tauladan
yang baik bagi kamu yakni bagi orang yang senantiasa mengharap rahmat kasih
sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat, serta teladan bagi mereka yang
berdzikir mengingat kepada Allah dan menyebut-nyebut namaNya dengan banyak baik
dalam suasana susah maupun senang.
Bisa juga ayat ini
masih merupakan kecaman kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk islam,
tetapi tidak mencerminkan ajaran islam. Kecaman itu dikesankan oleh kata ( لقد ) laqad. Seakan-akan
ayat itu menyatakan: “Kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya
di tengah kamu semua ada Nabi Muhammad yang mestinya kamu teladani.”
Kalimat ( لمن كان يرجوالله واليوم الاخر )
/ bagi orang yang mengharap Allah dan Hari Kiamat, berfungsi menjelaskan sifat
orang-orang yang mestinya meneladani Rasul saw. Kata ( اسوة ) berarti keteladanan. Pakar tafsir
Az-Zamakhasyari ketika menafsirkan ayat di atas, mengemukakan dua kemungkinan tentang
maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasul itu. Pertama dalam arti kepribadian
beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian
beliau hal-hal yang patut diteladani.
Para pakar tafsir dan hukum, al-Qurthubi, mengemukakan bahwa
dalam soal-soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal
keduniaan maka ia merupakan anjuran. Dalam soal keagamaan beliau wajib di
teladani selama tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah anjuran.
Sementara ulama’ berpendapat bahwa dalam persoalan-persoalan keduniaan,
Rasulullah telah menyerahkan semuanya kepada para pakar di bidang masing-masing,
sehingga keteladanan terhadap beliau yang dibicarakan ayat ini bukanlah dalam hal-hal
yang berkaitan dengan soal-soal keduniaan.[7]
2. QS. Al-Alaq ayat4-5
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya :
“Yang mengajar
dengan pena, mengajar manusia apa yang belum diketahuinya.”
a.
Penjelasan
Kata al-qalam terambil
dari kata kerja qalama yang berarti memotong ujung sesuatu. Memotong ujung kuku
disebut taqlim. Tombak yang dipotong ujungnya sehingga meruncing dinamai maqalim.
Anak panah yang runcing ujungnya dan yang bisa digunakan untuk mengundi dinamai
pula qalam (baca QS. Ali Imran [3]:44). Alat yang digunakan untuk menulis
dinamai pula qalam karena pada mulanya alat tersebut dibuat dari suatu bahan
yang dipotong dan diperuncing ujungnya. Kata qalam disini dapat berarti hasil
dari penggunaan alat tersebut, yakni tulisan.
Pada kedua ayat
di atas terdapat apa yang dinamai ihtibak yang maksudnya adalah tidak
disebutkan sesuatu keterangan, yang sewajarnya ada pada dua susunan kalimat
yang bergandengan, karena keterangan yang dimaksud telah disebut pada kalimat
yang lain. Pada ayat 4 kata manusia tidak disebut karena telah disebut pada
ayat 5, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena pada ayat 4
telah diisyaratkan makna itu dengan disebutnya pena. Dengan demikian kedua ayat
di atas dapat berarti “Dia (Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal
yang telah diketahui manusia sebelumnya) dan Dia mengajarkan manusia (tanpa
pena) apa yang belum diketahui sebelumnya. Yang dimaksud dengan ungkapan “telah
diketahui sebelumnya” adalah pengetahuan dalam bentuk tulisan.
Dari uraian di atas kita dapat
menyatakan bahwa kedua ayat di atas menjelaskan bahwa untuk memperoleh hasil
belajar/ ilmu dapat ditempuh melalui dua cara. Cara pertama yakni pembelajaran
dengan menggunakan alat atau media, dan cara kedua yakni proses pembelajaran
dengan tanpa menggunakan alat. Walaupun berbeda, namun ke dua cara itu
sama-sama bersumber dari Allah.
Telah dijelaskan pula dalam ayat ini bahwa القلم (pena) adalah salah satu alat atau media pembelajaraan, yang
mana alat tersebut dapat membantu manusia untuk memperoleh pengalaman
belajar/ilmu. Lafadz القلم di sini tidak hanya dimaknai sebagai pena/pensil yang telah
diketahui manusia lain sebelumnya, akan tetapi juga termasuk dalam pengertian berbagai alat tulis yang berhubungan dengan
kegiatan belajar mengajar.[8]
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwasanya di
antara kemurahan Allah Ta’ala adalah Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. Dengan demikian, Dia telah memuliakannya dengan ilmu. Dan
itulah hal yang menjadikan bapak umat manusia ini, Adam a.s. mempunyai
kelebihan atas malaikat. Terkadang ilmu berada di dalam akal fikiran dan
terkadang berada dalam tulisan. Secara akal, lisan, dan tulisan, mengharuskan
perolehan ilmu. Dan Dia yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.[9]
Itulah keistimewaan Tuhan lagi. Itulah kemuliaan-Nya yang
tertinggi, yaitu diajarkan-Nya kepada manusia berbagai ilmu, dibuka-Nya
berbagai rahasia, diserahkan-Nya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan
Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena, di samping lidah untuk membaca, Tuhan
pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena
adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah
berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia. “Mengajari manusia apa-apa
yang dia tidak tahu”. Lebih dahulu Allah Ta’ala mengajar manusia mempergunakan
qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam iu banyaklah ilmu pengetahuan
diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru
didapatnya itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya.[10]
Analisis
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
dianalisis bahwa dalam dunia pendidikan seorang pendidik (guru) memerlukan
sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan yang diinginkan, maka dalam hal ini salah satunya ialah alat
atau media pendidikan.
Berdasarkan penafsiran QS. Al Ahzab
ayat 21 dapat diketahui bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang paling
sempurna. Beliau dijadikan sebagai suri tauladan bagi umat manusia seluruhnya. Dan apabila dikaitkan dengan media
dalam pendidikan, maka sebuah media harus mampu mengubah perilaku seorang siswa
yang sedang diajar. Sebagaimana Rasul merupakan suri teladan yang di utus oleh
Allah bagi umat islam agar meniru perilakunya. Dan khususnya bagi seorang
pendidik bisa dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan contoh tingkah laku
yang baik bagi peserta didiknya. Oleh sebab itu, hendaklah para pendidik selalu
memberikan contoh yang baik bagi para muridnya. Karena keteladanan merupakan
alat pendidikan yang utama.
Sedangkan dalam QS. Al Alaq ayat
4-5 dijelaskan bahwa untuk memperoleh hasil belajar/ ilmu dapat ditempuh
melalui dua cara. Cara pertama yakni pembelajaran dengan menggunakan alat atau
media, dan cara kedua yakni proses pembelajaran dengan tanpa menggunakan alat.
Walaupun berbeda, namun ke dua cara itu sama-sama bersumber dari Allah.
Telah dijelaskan pula dalam ayat
ini bahwa القلم (pena) adalah salah satu alat atau media
pembelajaraan, yang mana alat tersebut dapat membantu manusia untuk memperoleh
pengalaman belajar/ilmu. Lafadz القلم
di sini tidak hanya dimaknai sebagai pena/pensil yang telah diketahui manusia
lain sebelumnya, akan tetapi juga termasuk dalam pengertian berbagai alat tulis
yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari beberapa penafsiran di atas
dapat disimpulkan bahwa dalam dunia pendidikan juga memerlukan berbagai alat
pendidikan, di antaranya alat pendidikan yang non material dapat berupa contoh
/ teladan yang baik, dan alat pendidikan materil yang berupa qalam (pena).
Dalam hal ini dapat berupa alat tulis dan sejenisnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Alat dalam pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan dalam rangka mempengaruhi jiwa anak didik agar menjadi insan yang
bertakwa, berakhlak dan menegakkan kebenaran sesuai dengan ajaran Islam dalam
rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai hamba Allah dan juga khalifah di
muka bumi. Dalam perspektif Ilmu Pendidikan Islam, para ahli telah
mengklasifikasikan alat atau media pendidikan menjadi dua bagian yaitu:
1.
Alat Pendidikan yang Bersifat Benda (Materil)
Menurut Zakiah Darajat, alat pendidikan yang berupa
benda yaitu:
a.
Media tulis, seperti al-Qur’an, hadits, Tauhid,
Fiqh, sejarah.
b.
Benda-benda alam seperti hewan,
manusia, tumbuh-tumbuhan dsb.
c.
Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.
d.
Gambar yang diproyeksikan, seperti
video.
e.
Audio recording (alat untuk didengar)
seperti kaset, tape, radio.
2.
Alat Pendidikan yang Bukan Benda (Non materil),
di antaranya berupa keteladanan, anjuran
perintah dan larangan, pujian dan hadiah, teguran, peringatan dan ancaman, dan
hukuman.
Dalam QS. Al Ahzab dijelaskan bahwa keteladanan sosok Nabi
Muhammad merupakan alat pendidikan yang paling utama yang harus dijadikan
pedoman oleh para guru dalam mendidik anak-anaknya. Sedangkan dalam QS. Al Alaq
telah dijelaskan pula bahwa salah satu alat pendidikan yang berupa materil
adalah qalam (pena). Dalam hal ini bisa diartikan sebagai alat tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, Quraish, 2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta :
Lentera Hati
Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir. Surabaya : PT.
Bina Ilmu
Hamka. 1983. Tafsir Al Azhar. Jakarta : PT.
Pustaka Nasional
Beni Ahmad, Saebani. 2009. Ilmu
Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Setia
Daradjat,
Zakiah. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Fuad bin Abdul Azis. 2005. Mengajar
EQ Cara Nabi. Bandung : MQS Publising
http://antoni91.blogspot.com/2012/07/ilmu-pendidikan-islam-alat-atau-media.html
[1]
Saebani, Beni Ahmad, Ilmu
Pendidikan Islam Bandung : Pustaka Setia, 2009, Hal. 46.
[3]
Ibid., Hal. 40.
[5]
http://antoni91.blogspot.com/2012/07/ilmu-pendidikan-islam-alat-atau-media.html
diunduh di Kudus, tanggal 24 Oktober 2014 pukul 13.30 WIB.
[6]
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya : PT. Bina Ilmu, Hal. 841.
[7]
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002,
Hal. 242-246.
[8]
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, Hal.
400-402.
[9]
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya : PT. Bina Ilmu, Hal.
619
[10]
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta : PT. Pustaka Nasional, 1983, Hal.
502
JANGAN LUPA KOMENTARNYA YA.......