hgj

hgj
jhg

Selasa, 09 Juni 2015

CONTOH MAKALAH TAFTIR TENTANG ALAT PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Seorang guru dituntut agar bisa memiliki kompetensi yang tinggi dan dia pun juga harus bisa mendidik dengan baik. Maka agar tujuan pendidikan bisa tercapai, perlulah diperhatikan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan itu, maka dalam hal ini salah satunya ialah alat atau media pendidikan.
Alat/ media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indra pendengaran dan pengelihatan. Adanya alat/media bahkan dapat mempercepat proses pembelajaran murid karena dapat membuat murid lebih cepat menanggapi pelajaran. Dengan adanya alat/media maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai alat/media pengajaran. Dengan tersedianya alat /media pembelajaran, guru dapat menciptakan berbagai situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat diantara murid-muridnya. Bahkan alat/media pengajaran ini selanjutnya membantu guru-guru membawa dunia kedalam kelas.
Dengan demikian, alat/media pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, kami akan membahas tentang alat pendidikan dengan menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan hal tersebut.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud alat pendidikan?
2.      Apa saja macam-macam alat pendidikan menurut islam?
3.      Bagaimana tafsir QS. Al-Ahzab ayat 21 dan QS. Al-Alaq ayat 4-5 terkait dengan alat pendidikan?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Alat Pendidikan
Secara etimologi alat diartikan sesuatu barang yang dipakai untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan definisi pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[1] Istilah mengarahkan, mengasuh, mengajarkan atau melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.
Jadi alat dalam pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mempengaruhi jiwa anak didik agar menjadi insan yang bertakwa, berakhlak dan menegakkan kebenaran sesuai dengan ajaran Islam dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai hamba Allah dan juga khalifah di muka bumi.[2]
B.     Macam-macam Alat Pendidikan
Dalam perspektif Ilmu Pendidikan Islam, para ahli telah mengklasifikasikan alat atau media pendidikan menjadi dua bagian yaitu: alat pendidikan yang bersifat benda (materil) dan alat pendidikan yang bukan benda (non materil).
1.       Alat Pendidikan yang Bersifat Benda (Materil)
Menurut Zakiah Darajat, alat pendidikan yang berupa benda yaitu:
a)      Media tulis, seperti al-Qur’an, hadits, Tauhid, Fiqh, sejarah.
b)       Benda-benda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dsb.
c)      Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.

d)      Gambar yang diproyeksikan, seperti video.
e)       Audio recording (alat untuk didengar) seperti kaset, tape, radio.[3]
2.      Alat Pendidikan yang Bukan Benda (Non materil)
Berikut akan diuraikan secara ringkas beberapa alat pendidikan dalam bentuk bukan benda (bisa berupa tindakan atau software) berdasarkan perspektif pendidikan Islam itu sendiri, yaitu:
a.       Keteladanan
Tingkah laku, cara berbuat, dan berbicara akan ditiru oleh anak. Dengan teladan ini, lahirlah gejala identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang-orang yang ditiru. Identifikasi positif itu penting sekali dalam pembentukan kepribadian. Karena itulah teladan merupakan alat pendidikan yang utama, sebab terikat erat dalam pergaulan dan berlangsung secara wajar. Teladan dimaksudkan untuk membiasakan anak didik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
b.      Anjuran, Perintah dan Larangan
Di dalam alat pendidikan berupa anjuran, perintah dan larangan anak mendengar apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Perintah adalah tindakan pendidik menyuruh anak didik melakukan sesuatu. Sedangkan larangan merupakan tindakan pendidik menyuruh anak didik tidak melakukan atau menghindari tingkah laku tertentu. Alat ini adalah sebagai pembentuk disiplin secara positif.
Khusus berkenaan dengan alat pendidikan berupa perintah dan larangan, hal ini sesungguhnya merupakan implementasi dari konsep amar ma'ruf nahi munkar.
c.       Pujian dan Hadiah
Merupakan tindakan pendidik yang fungsinya memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai anak didik. Hadiah dalam hal ini tidak mesti selalu berwujud barang. Doa yang baik dari pendidik untuk peserta didik sudah merupakan satu hadiah, yang pengaruhnya besar sekali, seperti memotivasi, menggembirakan, dan menambah kepercayaan dirinya. Pujian dan hadiah harus diberikan pada saat yang tepat, yaitu segera sesudah anak didik berhasil.[4]

d.       Teguran
Perlu diperhatikan bahwa anak-anak bersifat pelupa, cepat melupakan larangan-larangan, atau perintah yang baru saja diberikan kepadanya. Karenanya sebelum kesalahan itu berlangsung lebih jauh, perlu adanya koreksi dan teguran. Teguran dapat berupa kata-kata, tetapi dapat juga berupa isyarat-isyaratnya. Teguran ini juga merupakan tindakan pendidik untuk mengoreksi pencapaian tujuan pendidikan oleh anak didik.
e.       Peringatan dan Ancaman
Peringatan diberikan kepada anak yang telah beberapa kali melakukan pelanggaran, dan telah diberikan teguran pula atas pelanggarnya. Dalam memberikan peringatan ini, bisanya disertai dengan ancaman akan sanksinya. Karena itulah, ancaman merupakan tindakan pendidik mengoreksi secara keras tingkah laku anak didik yang tidak diharapkan, dan disertai perjanjian jika terulang lagi akan dikenakan hukuman atau sanksi.
Alat berupa ancaman ini dianjurkan jangan dibiasakan dan digunakan kecuali hanya pada saat yang tepat saja.
f.        Hukuman
Menghukum adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik dengan maksud agar penderitaan tersebut betul-betul dirasakannya, untuk menuju ke arah perbaikan. Dengan demikian hukuman merupakan alat pendidikan istimewa, sebab membuat anak didik menderita.[5]

C.    Tafsir Ayat-ayat Tentang Alat Pendidikan
1.      QS. Al-Ahzab Ayat 21
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
Artinya
“ Sesugguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
a.       Tafsir Mufrodat
أسوة حسنة  : Suri tauladan
يرج          : Mengharap
ذكر          : Menyebut
كثيرا          : Banyak
b.      Penjelasan
Ayat yang mulia ini merupakan prinsip utama dalam meneladani Rasulullah SAW baik dalam ucapan, perbuatan, maupun perilakunya. Ayat ini merupakan perintah Allah kepada manusia agar meneladani Nabi SAW dalam peristiwa Al-Ahzab yaitu meneladani kesabaran, upaya, dan penantiannya atas jalan keluar yang diberikan oleh Allah Azzawa Jalla. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa dilimpahkan kepadanya hingga hari kiamat. Karena itu, Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang yang hatinya kalut dan guncang dalam peristiwa Al-Ahzab, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu”. Maksudnya, mengapa kamu tidak mengikuti dan meneladani perilaku Rasulullah saw? Karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan hari kiamat. Dan dia banyak mengingat Allah”.[6]
Ayat di atas mengarah kepada orang-orang beriman, memuji sikap mereka yang meneladani Nabi saw. Ayat di atas menyatakan: Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah yakni Nabi Muhammad saw. suri tauladan yang baik bagi kamu yakni bagi orang yang senantiasa mengharap rahmat kasih sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat, serta teladan bagi mereka yang berdzikir mengingat kepada Allah dan menyebut-nyebut namaNya dengan banyak baik dalam suasana susah maupun senang.

Bisa juga ayat ini masih merupakan kecaman kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk islam, tetapi tidak mencerminkan ajaran islam. Kecaman itu dikesankan oleh kata ( لقد ) laqad. Seakan-akan ayat itu menyatakan: “Kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya di tengah kamu semua ada Nabi Muhammad yang mestinya kamu teladani.”
Kalimat ( لمن كان يرجوالله واليوم الاخر ) / bagi orang yang mengharap Allah dan Hari Kiamat, berfungsi menjelaskan sifat orang-orang yang mestinya meneladani Rasul saw. Kata ( اسوة ) berarti keteladanan. Pakar tafsir Az-Zamakhasyari ketika menafsirkan ayat di atas, mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasul itu. Pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani.
Para pakar tafsir dan hukum, al-Qurthubi, mengemukakan bahwa dalam soal-soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal keduniaan maka ia merupakan anjuran. Dalam soal keagamaan beliau wajib di teladani selama tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah anjuran. Sementara ulama’ berpendapat bahwa dalam persoalan-persoalan keduniaan, Rasulullah telah menyerahkan semuanya kepada para pakar di bidang masing-masing, sehingga keteladanan terhadap beliau yang dibicarakan ayat ini bukanlah dalam hal-hal yang berkaitan dengan soal-soal keduniaan.[7]

2.      QS. Al-Alaq ayat4-5
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Artinya :
“Yang mengajar dengan pena, mengajar manusia apa yang belum diketahuinya.”


a.       Penjelasan
Kata al-qalam terambil dari kata kerja qalama yang berarti memotong ujung sesuatu. Memotong ujung kuku disebut taqlim. Tombak yang dipotong ujungnya sehingga meruncing dinamai maqalim. Anak panah yang runcing ujungnya dan yang bisa digunakan untuk mengundi dinamai pula qalam (baca QS. Ali Imran [3]:44). Alat yang digunakan untuk menulis dinamai pula qalam karena pada mulanya alat tersebut dibuat dari suatu bahan yang dipotong dan diperuncing ujungnya. Kata qalam disini dapat berarti hasil dari penggunaan alat tersebut, yakni tulisan.
Pada kedua ayat di atas terdapat apa yang dinamai ihtibak yang maksudnya adalah tidak disebutkan sesuatu keterangan, yang sewajarnya ada pada dua susunan kalimat yang bergandengan, karena keterangan yang dimaksud telah disebut pada kalimat yang lain. Pada ayat 4 kata manusia tidak disebut karena telah disebut pada ayat 5, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena pada ayat 4 telah diisyaratkan makna itu dengan disebutnya pena. Dengan demikian kedua ayat di atas dapat berarti “Dia (Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah diketahui manusia sebelumnya) dan Dia mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya. Yang dimaksud dengan ungkapan “telah diketahui sebelumnya” adalah pengetahuan dalam bentuk tulisan.
Dari uraian di atas kita dapat menyatakan bahwa kedua ayat di atas menjelaskan bahwa untuk memperoleh hasil belajar/ ilmu dapat ditempuh melalui dua cara. Cara pertama yakni pembelajaran dengan menggunakan alat atau media, dan cara kedua yakni proses pembelajaran dengan tanpa menggunakan alat. Walaupun berbeda, namun ke dua cara itu sama-sama bersumber dari Allah.
Telah dijelaskan pula dalam ayat ini bahwa القلم (pena) adalah salah satu alat atau media pembelajaraan, yang mana alat tersebut dapat membantu manusia untuk memperoleh pengalaman belajar/ilmu. Lafadz القلم di sini tidak hanya dimaknai sebagai pena/pensil yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, akan tetapi juga termasuk dalam pengertian  berbagai alat tulis yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.[8]
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwasanya di antara kemurahan Allah Ta’ala adalah Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dengan demikian, Dia telah memuliakannya dengan ilmu. Dan itulah hal yang menjadikan bapak umat manusia ini, Adam a.s. mempunyai kelebihan atas malaikat. Terkadang ilmu berada di dalam akal fikiran dan terkadang berada dalam tulisan. Secara akal, lisan, dan tulisan, mengharuskan perolehan ilmu. Dan Dia yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.[9]
Itulah keistimewaan Tuhan lagi. Itulah kemuliaan-Nya yang tertinggi, yaitu diajarkan-Nya kepada manusia berbagai ilmu, dibuka-Nya berbagai rahasia, diserahkan-Nya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena, di samping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia. “Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu”. Lebih dahulu Allah Ta’ala mengajar manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam iu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya.[10]









Analisis
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dianalisis bahwa dalam dunia pendidikan seorang pendidik (guru) memerlukan sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan dalam mencapai suatu tujuan pendidikan yang diinginkan, maka dalam hal ini salah satunya ialah alat atau media pendidikan.
Berdasarkan penafsiran QS. Al Ahzab ayat 21 dapat diketahui bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang paling sempurna. Beliau dijadikan sebagai suri tauladan bagi umat manusia seluruhnya. Dan apabila dikaitkan dengan media dalam pendidikan, maka sebuah media harus mampu mengubah perilaku seorang siswa yang sedang diajar. Sebagaimana Rasul merupakan suri teladan yang di utus oleh Allah bagi umat islam agar meniru perilakunya. Dan khususnya bagi seorang pendidik bisa dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan contoh tingkah laku yang baik bagi peserta didiknya. Oleh sebab itu, hendaklah para pendidik selalu memberikan contoh yang baik bagi para muridnya. Karena keteladanan merupakan alat pendidikan yang utama.
Sedangkan dalam QS. Al Alaq ayat 4-5 dijelaskan bahwa untuk memperoleh hasil belajar/ ilmu dapat ditempuh melalui dua cara. Cara pertama yakni pembelajaran dengan menggunakan alat atau media, dan cara kedua yakni proses pembelajaran dengan tanpa menggunakan alat. Walaupun berbeda, namun ke dua cara itu sama-sama bersumber dari Allah.
Telah dijelaskan pula dalam ayat ini bahwa القلم (pena) adalah salah satu alat atau media pembelajaraan, yang mana alat tersebut dapat membantu manusia untuk memperoleh pengalaman belajar/ilmu. Lafadz القلم di sini tidak hanya dimaknai sebagai pena/pensil yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, akan tetapi juga termasuk dalam pengertian berbagai alat tulis yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari beberapa penafsiran di atas dapat disimpulkan bahwa dalam dunia pendidikan juga memerlukan berbagai alat pendidikan, di antaranya alat pendidikan yang non material dapat berupa contoh / teladan yang baik, dan alat pendidikan materil yang berupa qalam (pena). Dalam hal ini dapat berupa alat tulis dan sejenisnya.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Alat dalam pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mempengaruhi jiwa anak didik agar menjadi insan yang bertakwa, berakhlak dan menegakkan kebenaran sesuai dengan ajaran Islam dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai hamba Allah dan juga khalifah di muka bumi. Dalam perspektif Ilmu Pendidikan Islam, para ahli telah mengklasifikasikan alat atau media pendidikan menjadi dua bagian yaitu:
1.       Alat Pendidikan yang Bersifat Benda (Materil)
Menurut Zakiah Darajat, alat pendidikan yang berupa benda yaitu:
a.       Media tulis, seperti al-Qur’an, hadits, Tauhid, Fiqh, sejarah.
b.       Benda-benda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dsb.
c.       Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.
d.       Gambar yang diproyeksikan, seperti video.
e.        Audio recording (alat untuk didengar) seperti kaset, tape, radio.
2.      Alat Pendidikan yang Bukan Benda (Non materil), di antaranya berupa keteladanan, anjuran perintah dan larangan, pujian dan hadiah, teguran, peringatan dan ancaman, dan hukuman.
Dalam QS. Al Ahzab dijelaskan bahwa keteladanan sosok Nabi Muhammad merupakan alat pendidikan yang paling utama yang harus dijadikan pedoman oleh para guru dalam mendidik anak-anaknya. Sedangkan dalam QS. Al Alaq telah dijelaskan pula bahwa salah satu alat pendidikan yang berupa materil adalah qalam (pena). Dalam hal ini bisa diartikan sebagai alat tulis.









DAFTAR PUSTAKA

Shihab, Quraish, 2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta : Lentera Hati
Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir. Surabaya : PT. Bina Ilmu
Hamka. 1983. Tafsir Al Azhar. Jakarta : PT. Pustaka Nasional
Beni Ahmad, Saebani. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Setia
Daradjat, Zakiah. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Fuad bin Abdul Azis. 2005. Mengajar EQ Cara Nabi. Bandung : MQS Publising
http://antoni91.blogspot.com/2012/07/ilmu-pendidikan-islam-alat-atau-media.html


[1] Saebani, Beni Ahmad,  Ilmu Pendidikan Islam Bandung : Pustaka Setia, 2009, Hal. 46.
[2] Zakiah, Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1984, Hal. 32.
[3] Ibid., Hal. 40.
[4] Fuad bin Abdul Azis, Mengajar EQ Cara Nabi,  Bandung : MQS Publising, 2005,  Hal.  69.
[5] http://antoni91.blogspot.com/2012/07/ilmu-pendidikan-islam-alat-atau-media.html diunduh di Kudus, tanggal 24 Oktober 2014 pukul 13.30 WIB.
[6] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,  Surabaya : PT. Bina Ilmu, Hal. 841.
[7] Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, Hal. 242-246.
[8] Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, Hal. 400-402.
[9] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya : PT. Bina Ilmu, Hal. 619
[10] Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta : PT. Pustaka Nasional, 1983, Hal. 502 


JANGAN LUPA KOMENTARNYA YA.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar